Daerah di Indonesia Timur tepatnya di Kalimantan Timur, penduduknya terdiri dari berbagai suku dan etnis, seperti Jakarta, banyak orang yang merantau dan mengadu nasib ke sana.
Jika diakumulasikan, sudah kurang lbh 5 tahun aku tinggal dan bekerja di sana. Banyak memori yang tertinggal di sana. Meski hanya 5 thn aku tinggal di sana, tetapi aku merasa bahwa seluruh hidupku di sana. Terlebih lagi krn adik perempuan bungsuku juga dikubur di sana dan beberapa org lelaki yang pernah menyentuh dan mengisi hariku & hidupku jg mencari penghidupan di Balikpapan.
Teman dan sahabat baruku pun berada di Balikpapan, mereka yang menopang separuh hidupku, membuatku tertawa, membuatku menangis, membuatku susah, membuatku senang, membuatku terkejut, dan membuatku berdecak kagum.
Kota kecil tetapi kaya akan hasil bumi seperti tambang dan minyak bumi, membuat kota ini menjadi kota yg mahal, biaya hidup tinggi, tetapi relative sesuai dengan UMR di sana. Sekolah sudah gratis, kemacetan hampir tidak ada, kecuali malam minggu sekitaran mal, aku tidak harus dandan bak super model karena mal nya tidak seperti Jakarta yang membuatku harus lebih dandan jika harus mengunjungi salah satu mal yg lux di jkt, pergi ke ktr hny memakan wkt 30menit dengan menggunakan angkot yang nyaman, kalau kepepet kita bisa minta supir angkot mengantar sampai depan rumah, kalau mau ke pantai atau melihat laut, tidak susah, di belakang ktr pemandangannya laut, parkiraan belakang mal langsung laut. Udara Balikpapan memang panas, tetapi aku sudah bisa beradaptasi, angin lautnya membuat kulit kusam, tetapi aku sudah punya antisipasinya. Mengendarai mobil mewah dengan gampang dapat kulakukan (red.Mobil2 temanku). Ke tempat nongkrong pinggir laut dari tempat yg mahal sampai yg murah, aku hny harus naik angkot sekali saja. Teman2 dan sahabat2 yg berkarakter frontal tetapi cukup fair dan helpful itu juga menjadi salah satu bagian dari keistimewaan mengapa Balikpapan aku sebut dengan “second home”.
No comments:
Post a Comment