Powered By Blogger

Thursday, March 31, 2011

Pernikahan Sederhana


Pada saat saya meminta untuk menikah diumur 30 tahun, saya hanya meminta keridhoanNya dan barokahNya saja untuk memasuki jenjang tersebut, dan meminta segalanya yang terbaik untuk saya.
Dan, Subhanallah, Allah memberi lebih banyak dan berlimpah kepada saya, dari apa yang saya minta, pernikahan yang meriah dan dilaksanakan dua kali. Akad dan resepsi yang dilaksanakan di rumah saya dengan menyulap seluruh pojok rumah menjadi lokasi pernikahan yang berkonsep taman atau outdoor, pelaksanaan kedua di kampungnya si mas, Boyolali, di gedung terbuka juga, bentuknya seperti kraton. Amazing menurut saya.
Belum lagi hadiah atau yang sering disebut dengan seserahan untuk mempelai perempuan, dari perhiasan sampai pakaian dalam, semua telah dipersiapkan oleh mertua saya yang sangat baik dan perhatian terhadap saya.
Akad dan resepsi yang dilaksanakan di Bandung menggunakan pelaminan bergaya Minangkabau yang dominan berwarna ungu dan silver merupakan warna favorit saya, Minangkabau karena suku ayah saya yang berasal dari Sumatera Barat. Pada pernikahan ini mengusung 3 adat budaya, diwujudkan melalui makanan yang isinya dendeng balado, rendang, selat solo, sop kimlo, martabak kubang, zupa soup dan lainnya, tarian yang dipersembahkan oleh adik sepupu saya yang sangat pandai sekali menari, dia menarikan tarian sunda jaipong, minang tari panen dan seharusnya tari jawa, karena satu dan lain hal, tarian ini tidak bisa ditampilkan karena tidak ada yang melatih, akhirnya dipilih tari bali panji semirang. Lagu daerah yang biasa didendangkan pada acara-acara pernikahan pada umumnya pun mengambil lagu dari 3 daerah yaitu Minang, Sunda karena Ibu saya adalah sunda-jawa, dan untuk menghormati keluarga dari suami saya, kami dendangkan juga lagu-lagu jawa
Pada saat itu memang 3 adat budaya menyatu, tetapi dominan minang. Sayangnya tidak semua teman sekolah, teman kuliah dan teman sekerja hadir lengkap semua. But it’s ok, saya tetap berharap mendapatkan doa dari semua yang hadir maupun tidak itu lebih berharga daripada kehadiran.

No comments:

Post a Comment